Chapter 7: Sekolah Sihir
Keesokan harinya, kami
semua bersiap-siap untuk pergi ke sekolah sihir. “Shu, kau tau kan dimana
tempatnya?” tanya Hyun. “Tentu aku tau.” Jawabku. Setelah semuanya siap, kami
pun berpamitan dengan Nimbus. “Nimbus, kami pergi dulu ya!” salam Nii. “Ok!
Hati-hati di jalan! Dan, selamat belajar!” Kami pun keluar hotel.
“Shu,
sekarang kita kemana?” tanya Toritzu. “Watashi ni shitagatte kudasai!” jawabku
dengan lantang. “Oshietekudasai!” jawab mereka bertiga.
Kami
pun berjalan dengan bersemangat. Setelah kurang lebih 15 menit, kami sampai di
“Magi.co”. “Wah, tempatnya besar sekali!” kata Nii terkejut. “I-iya besar
sekali!” sambung Toritzu. “Tunggu apalagi? Ayo masuk!” jawabku. Kami semua pun
masuk ke Magi.co
Saat
kami sudah dikelas, kami berempat berkenalan dengan peserta yang lain. Kami
bertemu dengan banyak orang Bumi! Ada yang dari Inggris, namanya Thom, ada yang
dari Prancis, namanya Quasi, ada yang dari Korea, namanya Pa-Jun-Ho, ada juga
yang dari Jepang lho! Namanya Haruka. Terus, banyak deh pokoknya! Peserta
lainnya ya berasal dari planet Jiroki. Tak lama kemudian, gurunya datang.
“Hai
semua! Bounjour! Hello! Subete no konnichiwa! Perkenalkan, namaku Hampston
Haur. Kalian bisa memanggilku dengan nama Haur.” Jelas pak Haur. “Wah bapak
hebat! Bapak bisa bahasa Jepang ya?” tanyaku. “Iya, dulu bapak pernah tinggal
beberapa bulan di Jepang” jawab Pak Haur. Kami semua pun bertepuk tangan. “Nah,
bagaimana kalau kita mulai saja pelajarannya?” tanya pak Haur. “Ayo!” jawab
kami semua. Pak Haur hari ini mengajarkan kami sihir Fireball. Wah fireball!
Sama seperti si pria berjubah hitam ya! gumamku. Pak Haur pun menuliskan
cara-cara mengelarkan sihir tersebut di papan tulis

Aku dan teman-teman pun langsung
mencatat sihir tersebut. Setelah pelajaran usai, kami disuruh untuk melakukan
sihir tersebut di lapangan. Murid pertama yang mencobanya adalah Nii. Dia
optimis sekali. Saat ia mencobanya, berhasil! Nii berhasil! Kami semua bertepuk
tangan. Selanjutnya adalah murid lain. Ada yang gagal dan berhasil.
Nah, tiba giliranku. Awalnya aku ragu, tapi aku jadi
bersemangat karena disemangati Hyun. Dan ternyata, “Fireball!” sebuah fireball
pun keluar dari mulutku! Aku berhasil! Tidak kusangka aku berhasil! Lalu
setelah itu aku cepat-cepat ke kamar mandi untuk membasahi mulutku. Sumpah
panas banget!
Sebelum kelas berakhir, pak Haur memberikan catatan. “Sihir
bukan digunakan untuk kenakalan, tapi untuk menyelamatkan sesama atau membela
diri! Ingat itu anak-anak!” jelas Pak Haur. “Baik pak!” semua murid menjawab.
Setelah itu, kelas pun berakhir
Chapter
8: Penyerangan!
Saat aku pulang bersama teman-teman, aku dapat sebuah masalah.
Tiba-tiba, datang sebuah fireball mendatangi kami! “Hyun awas!” Aku pun
langsung mendorong Hyun. Lagi-lagi aku yang terkena fireball itu. Kenapa selalu Hyun yang ditarget?! Kenapa?!
gumamku sendiri.
“Shu! Kau tidak apa-apa kan?” tanya Hyun dengan cemas. “Aku
tidak apa-apa Hyun.. Hanya sedikit luka bakar kecil” jawabku sambil meringis.
“Hei! Dimana kau?! Siapa yang mengeluarkan fireball ini?!” tanya Nii sambil
marah. “Kami lah orangnya.” “Apa?! Kalian kan?!” “Ya, kami Gilbert, Steven, dan
Cal. Kami lah yang mengeluarkan fireball tadi” jelas 3 anak itu.
Mereka tadi dikelas memang yang tidak menyukai kedatangan
kami. “Kalian! Apa kalian tidak ingat perkataan pak Haur?!” bentak Toritzu. “Kami
ingat, tapi kami tidak mempedulikannya!” bentak Cal. “Lagipula, kalian itu
serangga! Kami tidak mau sekelas dengan kalian!” bentak Gilbert. “Kami punya
salah apa?!” bentak Hyun.
“Tidak ada apa-apa. Kami hanya ingin menjadikan kalian
kelinci percobaan. Hahaha!” kata Steven. “Kalian… Jahat sekali kalian!” kata
Nii. “Masbuloh gitu loh” kata Cal. “Su-sudah Hyun.. Kita pergi saja..” kataku
sambil meringis. “Baik Shu. Awas kalian!” ancam Hyun. “Aah aku takut sekalii..
Hahaha” kata 3 orang menyebalkan tadi. Kami pun pergi meninggalkan mereka.
Kali ini aku tidak dirawat di rumah sakit. Aku hanya
beristirahat di kamar. Kondisi ku kali ini sangat buruk. Mau tidak mau kami
akhirnya menghentikan pencarian identitas si pria berbaju hitam. Dan, aku
terpaksa tidak sekolah dulu. 3 temanku selalu mensupport ku dari belakang.
Mereka rela mencatatkan pelajaran sihir yang lain untukku. Aku senang punya
teman seperti mereka. Saat dihotel, aku dirawat oleh Nimbus.
Chapter
9: Ice Beam!
Keesokan harinya, aku
tetap beristirahat di hotel. Kata teman-temanku, hari ini pelajaran sihirnya
adalah Ice Beam. Yaitu bagaimana cara membekukan suatu benda. Kelemahan sihir
ini adalah sihir Fireball. Saat dirawat, aku sangat ingin bersekolah di
Magi.co, tapi, dilarang oleh Nimbus. Jelas saja, aku 2 kali terkena Fireball,
jadi wajar saja jika luka ku cukup parah.
Setelah kutunggu-tunggu, akhirnya mereka pulang juga.
“Tadaimaa..” salam mereka bertiga. “Kangei.. Boleh kulihat catatannya tidak?”
jawabku. “Boleh Shu. Ini catatannya” Hyun pun memberikan catatannya padaku.

“Terima kasih ya teman-teman!
Arigatou gozaimasu!” kataku berterima kasih. “Douitashimashite” jawab mereka
bertiga. “Nimbus, apa aku boleh minta tolong?” tanyaku, “Mau minta tolong apa
Shu?” jawab Nimbus.
“Eitts, tidak boleh! Kau sudah cukup minta tolong ke Nimbus,
sekarang ke kami saja!” jawab Hyun dengan semangat. “Iya benar Shu! Minta
tolong saja ke kami!” sambung Nii. “Benar nih tidak apa-apa?” tanyaku
memastikan. “Iya, tak apa-apa. Nimbus! Kau istirahat saja dulu! Pasti kau lelah
kan mengurus Shu seharian?” jawab Toritzu.
Nimbus pun beristirahat. Mereka
bertiga sekarang yang kuandalkan. “Kau tadi mau minta tolong apa Shu?” tanya
Hyun “Boleh tolong ambilkan sebuah benda?” tanyaku. “Benda? Benda semacam apa?”
tanya Nii. “Apa sajalah.” jawabku. “Ok! Tunggu ya”. Toritzu pun segera mengambilkan sebuah barang.
Ternyata barangnya adalah celana dalamku. “Ini!” kata Toritzu
sambil memberikan celana ku. “Hei kenapa kau berikan aku celana dalamku?”
tanyaku sambil sedikit kesal. “Tadi kau bilang apa saja. Yasudah aku bawakan
ini saja” “Haah yasudah lah! Terima kasih” jawabku.
Aku meminta sebuah benda agar bisa
melakukan sihir Ice Beam tersebut. “Shu, kau mau apakan celana dalam mu?” tanya
Hyun penasaran. “Aku ingin melakukan sihir Ice Beam tadi” jawabku. “Tolong
kalian agak menjauh” 3 temanku pun langsung menjaga jarak denganku.
Lalu, “Ice Beam!”
tak disangka, celana dalamku langsung membeku! Aku pun langsung menghangatkan
tanganku dengan menggesek-gesekkannya. Sumpah, tadi dingin banget!
Setelah melakukan Ice
Beam, aku diajak teman-temanku untuk makan malam ke restoran dekat hotel.
Mereka ingin merayakan kepulihan diriku. Nimbus yang menunjukan jalan. Selang
beberapa menit, kami sampai.
“Ini dia teman-teman! Restoran terenak sejagat raya! Inilah,
Restoran Quasinou!” jelas Nimbus.
“Sepertinya kami pernah mendengarnya.. Tapi dimana ya?” tanya Hyun bingung.
“Oh! Aku ingat! Quasinou adalah
restoran milik ayahnya Quasi!” jelas Nii. “Oh! Iya ya! siapa tau kita bisa
bertemu dengan Quasi disini!” kata Toritzu.
BERSAMBUNG!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar