Chapter 14: Perlawanan!
Keesokan harinya, kami sudah bersiap-siap untuk
kembali menyelediki tentang si pria berjubah hitam. Kami berencana untuk
berkumpul didepan hotel Trykazuka.
Aku,
Hyun, Nimbus, Toritzu, Nii, dan Quasi sudah menunggu didepan hotel. Kami
tinggal menunggu
“Duuh, dimana sih mereka?” tanya Hyun. “Aku tidak tahu.
Kita tunggu saja” seru Nii. “Haha sekarang Nii punya teman ya!” seru Toritzu.
“Teman?” tanyaku bingung. “Iya, teman. Dulu kan Nii sering terlambat. Hahahaha”
seru Toritzu. Kami berenam pun tertawa karena kelakuan Toritzu.
Selang beberapa menit, GilSteveCal pun sampai. “Teman-teman.. Maaf kami terlambat.. Hosh
hosh, tadi kami kesiangan” kata GilSteveCal
masih kecapekan karena berlari. “Tak apa. Yang penting semua sudah berkumpul.
Siap untuk pergi ke istana kegelapan?” tanya Nimbus. “Ya!” seru kami semua
“Eeeh!! Lebih baik sekarang kita susun strategi dulu!
Santai aja enggak usah buru-buru” seruku. “Wah ide bagus tuh! Kau memang pantas
jadi pemimpin, Shu!” seru Cal. “Ok, kita akan susun strategi dulu. Kalian
dengarkan dulu aku, kalau ada pendapat, nanti akan kutampung dulu. Ok?”
tanyaku. “Sip sip” seru mereka sambil mengacungkan jempol.
“Jadi begini, jika kita sudah berada didepan istana, kita
harus bersembunyi dulu. Seingatku kemarin ada beberapa tempat untuk
bersembunyi. Aku, Hyun, dan Nii akan bersembunyi di semak-semak. Quasi, Nimbus,
dan Toritzu, kalian sembunyi dibelakang tembok besar. Cal, Steven, Gilbert,
kalian sembunyi dibelakang patung besar. Mengerti?” jelasku. “Baik!” seru
mereka. Kami pun pergi ke istana itu menggunakan sapu terbang.
Kami pergi ke istana hanya dengan waktu 20 menit. “Semua!
Ingat posisi masing-masing!” seruku. Mereka semua pun langsung bersembunyi di
tempat yang tadi kutentukan.
Saat
aku, Hyun, dan Nii sendang bersembunyi di belakang semak-semak, aku mendengar
suara tapak kaki. Jantungku berdebar kencang takut ketahuan. Tetapi, sebelum
kami ketahuan, Toritzu, Quasi, dan Nimbus sudah tertangkap. Mereka dibawa
kedalam istana kegelapan. Kami bertiga pun langsung berbalik.
“Hei!
Lepaskan teman kami!!” seruku. Terlambat, mereka sudah masuk ke istana
kegelapan dan dipenjara di istana bawah tanah. “Apa maumu anak kecil?” tanya
salah satu penjaga istana. “Lepaskan mereka! Fireball!!” seru Cal sambil mengeluarkan fireballnya.
Fireball Cal
tepat sasaran! Salah satu penjaga itu terpental jauh karena Fireball. “Dasar anak nakal!! Rasakan
ini, Storm Wind!” seru salah satu
penjaga sambil mengeluarkan teknik Storm
Wind. Teknik sihir itu benar-benar dahsyat! GilSteveCal terkena luka lumayan serius.
“Cal!
Gilbert! Steven! Kalian tidak apa-apa kan?” seruku. “Ti-tidak! Kami tidak
apa-apa! Jangan tolong kami! Cepat kalian tolong Quasi, Toritzu dan Nimbus!
Kami akan menangani orang ini disini!” seru Steven. “Ba-baik! Ayo pergi
teman-teman! Gilbert, Cal, Steven, kami serahkan orang ini kepada kalian!” seru
Nii. Kami pun segera masuk ke dalam istana untuk menyelamatkan Quasi, Toritzu,
dan Nimbus.
Setelah
kami memasuki istana, kami bertemu seseorang. “Jika kalian ingin lewat, hadapi
aku terlebih dahulu!” seru penjaga lantai pertama. “Shu! Hyun! Kalian pergi
saja! Aku akan tangani orang ini! Cepat pergi!” seru Nii. “Baik! Kuserahkan
padamu Nii!” seruku.
Aku
dan Hyun pun berlari ke tangga untuk menuju lantai kedua. “Eits, mau kemana?”
cegat penjaga lantai ke pertama. “Rasakan ini! Fireball!” seru penjaga. Ia mengeluarkan teknik fireball dan mengarahkannya kepadaku dan
Hyun. “Tidak secepat itu! Kau adalah lawanku! Ice Beam!!” seru Nii sambil mengeluarkan ice beam dari tangannya. Fireball
yang awalnya berapi-api sekarang membeku menjadi sebuah bola es. Aku dan
Hyun pun pergi ke lantai dua.
Saat
kami berdua sampai ke lantai dua, ada seorang penjaga peremuan yang menghadang.
“Mau kemana anak kecil? Kalau mau ke lantai atas, hadapi aku dulu!” seru si
perempuan. “Shu! Cepat pergi keatas! Biar aku yang menangani wanita tua ini!
Cepat pergi!” seru Hyun.
“Apa?!
Kau bilang aku tua?! Rasakan ini! Waterfall!”
bentak si penjaga wanita itu. “Cepat pergi Shu!” seru Hyun. “Baik Hyun!
Berhati-hatilah! Sampai bertemu lagi!” seruku sambil menaiki tangga ke lantai
tiga.
BERSAMBUNG!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar