Time in Jakarta:

Senin, 10 Maret 2014

UNDERWORLD ADVANTURA


Chapter 21: Level Up!!
          Pagi harinya, Cal, Steven, Gilbert, Hyun, Nii, Toritzu, dan Quasi bersiap-siap untuk sekolah ke Magi.co. Aku terpaksa tidak bersekolah lagi karena kesehatanku belum pulih. “Shu! Kami pergi dulu ya!” seru Gilbert. “Ya! Hati-hati ya!” jawabku. Mereka pun pergi kecuali Hyun.

          “Hyun, kenapa kau tidak pergi?” tanyaku. “Shu, cepat sembuh ya.. Aku tersiksa melihatmu seperti ini.” Jawab Hyun. “Hmph, tenang saja Hyun! aku pasti bisa cepat sembuh! Sudah sana susul teman-temanmu!” suruhku. “Baik!” jawab Hyun.

          “Oh ya, Shu! Kau memang hebat! Kau tetap bisa semangat walau terluka. Aku salut padamu!” sambung Hyun. “Terima kasih Hyun, kau memang yang terbaik. Sudah pergi sana, nanti terlambat lho” jawabku. “Oke! Daaah!” jawab Hyun sambil berlari meninggalkan aku dan Nimbus.

          Huh, Hyun memang perempuan yang tangguh. Wajar saja aku menyukainya. Aku salut padanya. Hyun, cepatlah menjadi wizard ya! gumamku dalam hati. “Hei Shu, kau beruntung ya” kata Nimbus. “Beruntung? Maksudmu?” tanyaku bingung. “Iya, kau beruntung mempunyai seorang perempuan yang baik dan tangguh” jawab Nimbus. “Haha kau ini.. Sudah ya aku mau istirahat dulu” jawabku. Aku pun tertidur diatas ranjangku.

          Setelah beberapa jam, aku terbangun. Aku melihat handphone ku berbunyi. Ternyata ada satu SMS dari Hyun. SMS dari Hyun? Dia kenapa? gumamku dalam hati sambil membuka SMS tersebut.


          “Apa?! Mereka lulus?! Hooray!!” seruku senang. “Huh, mereka memang anak-anak yang tangguh ya!” jawab Nimbus. “Haha iya kau benar” jawabku. Hyun, kau hebat. Cepatlah menjadi wizard dan hadapi aku! Kita akan tes kemampuan siapa yang lebih hebat! gumamku dalam hati.

          Sore harinya, mereka bertujuh pulang. “Shu!! Kau sudah tau kan kami sudah jadi mage?” tanya Quasi. “Sudah dong. Aku mengetahuinya dari Hyun” jawabku. “Shu, bagaimana kalau kau sudah pulih, kita mengadakan pertandingan untuk membuktikan kekuatan siapa yang terkuat! Mau tidak?” tanya Hyun. “Aku tadi baru memikirkannya. Ide bagus!” jawabku. Kami semua pun tersenyum arti setuju.

          Malam harinya, kami bersembilan tetap berada di rumah sakit. Mereka tidak mau pulang hanya untukku. Saat itu aku terharu. “Shu, kau kenapa menangis?” tanya Hyun. “Tidak. Aku tidak menangis. Aku hanya terharu melihat kesetiaan kalian menungguku sembuh sampai-sampai kalian menginap disini,” jawabku sambil mengelap air mataku.

          “Shu! Sudah berapa kali kubilang? Kami kan sahabatmu! Kami tidak mau kau ditinggal disini sendirian!” seru Gilbert. “Betul tuh, kata Gilbert. Kami tidak peduli sampai kapan, asalkan kau cepat sembuh, kami sabar menunggu!” jawab Toritzu. “Aku juga! Aku tidak rela meninggalkanmu sendirian Shu!” jawab Hyun.

          “Ta-tapi tidak merepotkan nih?” tanyaku. “Repot? Repot apanya? Kami malah senang bisa menunggu seorang pahlawan untuk sembuh dari sakit yang luar biasa karena bisa menyelamatkan kami!!” jawab Quasi. “Ya! kami berhutang budi padamu Shu!” jawab Cal. “Teman-teman, terima kasih,” jawabku sambil terharu. “Douitashimasite. Ini sebagai tanda penghormatan untukmu,” jawab Nii. Malam itu, aku benar-benar merasakan kesetiaan teman-temanku.

          Keesokan harinya, aku harus menemui dokter penyakit dalam. Karena saat aku terkena Dark Mirror Hole, ada sedikit bagian dari jurus itu yang masuk kedalam kulitku dan membuat luka dalam. Walaupun tidak terlalu parah, tetap saja sakit. Akibatnya, perutku harus diperban.

          “Selamat pagi dunia!! Ohayou, pahlawan!” seru Hyun. “Ohayou, mo,” jawabku. Ohayou adalah sebutan selamat pagi dalam bahasa Jepang. Lagi-lagi kulihat Nii sudah bangun duluan. Kebiasaan Nii tapi kali ini berbeda. Jika biasanya ia membangunkan yang lain, kali ini tidak.

          “Nii, tumben kau tidak membangunkan orang lain. Itu kan kebiasaanmu,” seruku. “Aku tidak ingin melakukannya kali ini. Kau kan harus istirahat, jadi aku tidak akan membangunkan orang lain lagi sampai kau keluar dari rumah sakit ini,” jelas Nii. “Dasar kau ini. Futoku, Futoku. Haha,” jawabku.

          “Futoku?” tanya Quasi. “Iya. Futoku adalah nama belakangku,” jelas Nii. “Ooh. Hahaha,” jawab Gilbert. “Kalau nama belakangku Takazima,” jelasku. “Aku Sakurasu,” kata Hyun. “Kalau aku Edokiya,” sambung Toritzu. “Kalau aku tidak punya nama belakang. Karena nama panjangku Thomas Gilbert,” jawab Gilbert.

          “Kalau nama belakangku Frunktern,” jawab Quasi. “Kalau aku Michael,” jawab Steven. “Kalau aku William. Cal William,” jawab Cal. “Paling hebat aku! Aku sama sekali tidak punya nama belakang dan  nama depan. Hahaha!” jawab Nimbus. Kami semua pun tertawa karena ucapan Nimbus.

          Lalu, mereka mandi satu persatu. Mereka bersiap-siap untuk pergi ke Magi.co lagi untuk belajar sihir. Aku sangat ingin belajar disana juga. Tapi, kata dokter aku belum boleh pulang. Katanya kurang lebih 2 hari lagi aku sudah bisa pulang.

          “Kami pergi dulu ya!” seru Gilbert. “Oke, Thomas! Hati-hati dijalan!” jawabku. “Shu, cepat sembuh ya,” kata Hyun. Aku pun tersenyum sebentar. “Tenang saja, Hyun! Aku pasti bisa cepat sembuh dan bersekolah lagi di Magi.co!” jawabku. Hyun pun mengacungkan jempolnya lalu pergi.

          Setelah itu, Dokter Huyami pun datang untuk mengecek kesehatanku. “Selamat siang, pahlawan…!” sapa Dokter Huyami. “Siang dok,” jawabku. “Bagaimana kesehatanmu? Sudah mulai membaik?” tanya Dokter Huyami sambil menstetoskopku. “Sudah lumayan dok.. Menurut dokter bagaimana?” tanyaku. Tiba-tiba Dokter Huyami terdiam.
BERSAMBUNG!

UNDERWORLD ADVANTURA


Chapter 20: Kenaikan pangkat Shu!!
          Malam harinya, kami bersembilan bermain suit Jepang. Tapi yang kali ini suitnya unik. Yang kalah harus diberi dare alias tantangan. Tantangannya boleh apa saja. Tapi tidak yang membahayakan orang lain.

          “Suit!” seru semua. “Haa, kau kalah Hyun!!” seru Nii. “Huh, baiklah baik. Apa dare untukku?” tanya Hyun. “Darenya, kau harus menyuapi Shu sepotong kue!” seru Quasi. “Ya! aku setuju dengan Quasi!” seru semuanya. “Haah baiklah! Tapi dimana kuenya?” tanya Hyun. “Sudah kami siapkan kok! Ini!” seru Toritzu sambil memberikan sepotong kue kepada Hyun.

          “Ayo cepat suapi Shu!!” seru Gilbert. Aku pura-pura tidur saja saat Nii memberikan dare itu pada Hyun. Jelas saja, aku tidak ikut main. “Shu.. Ayo bangun Shu.. Aku diberi dare untuk menyuapimu.. Ayo cepat banguun!” kata Hyun sambil menggoyang-goyangkan tubuhku.

          “Hoaam, ada apa sih?? Aku sedang nyenyak tidur kok malah dibangunkan?” tanyaku sambil pura-pura menguap. “Shu.. Aku diberi dare untuk menyuapi kue ini untukmu. Maaf ya, tadi aku membangunkanmu” kata Hyun meminta maaf.

          “Ti-tidak apa..” jawabku dengan wajah memerah. “Ayo makan! Buka mulutnyaa..! Aaaa!” kata Hyun sambil mendekatkan kue itu ke mulutku. Aku pun menggigit kue tersebut.

          “Ekhem, ekhem, ada yang punya permen?” tanya Steven. “Ekhem, iya nih, aku juga lagi batuk. Punya permen gak?” tanya Cal. “Hei, hei, aku tau aku tau maksud kalian apa…!” jawabku. “Hahaha, jangan marah dong, pahlawan, kami kan hanya menertawakanmu saja. Tak apa kan?” tanya Quasi. Kami semua pun tertawa riang.

          Malamnya, aku menceritakan kembali kisah saat aku berhasil mengalahkan Demonman. “… Lalu tiba-tiba aku mendapatkan kekuatan! Kekuatan yang sangat kuat! Itu adalah kekuatan persahabatan! Dan, kekuatan itu semakin kuat karena aku marah besar padanya karena telah melukai Hyun! Lalu…,” jelasku.

          “Wah! Kekuatan dari Hyun, ya, huh? Hahaha, aku belum pernah mendengarnya. Pasti kekuatan dari Hyun lebih besar daripada kekuatan persahabatan. Iya kan?” jawab Toritzu. “Hei sudahlah jangan bahas yang itu aku kan jadi malu,” jawabku.

          “Iya-iya maaf aku hanya ingin memperindah suasana. Hahaha,” jawab Toritzu. Aku dan Hyun pun hanya senyum tersipu malu. Haha, sebenarnya yang dikatakan Toritzu itu benar sih. Dibanding kekuatan persahabatan, kekuatan dari Hyun lebih besar sedikit. gumamku dalam hati.

          Keesokan harinya, aku mendapat sebuah surat. “Shu! Kau dapat surat nih!” seru Cal. “Surat? Dari siapa?” tanyaku penasaran. “Ini dari.. Sebentar kulihat dulu.. Ini dari pak Haur!” jawab Cal. “Coba kemarikan!” perintahku.
 
         
            A-apa?! Aku naik pangkat?! Yang benar saja!! gumamku dalam hati.”Waah selamat ya Shu!!” seru Hyun. “Wah! Kau hebat Shu!! Kami saja masih Newbie! Kau sudah jadi Mage! Kau hebat!” seru Nii dan Cal. “Cih, selamat ya, Shu! Sejujurnya, aku sedikit iri padamu. Tapi, nevermind! Selamat ya!” seru Gilbert. “Shu, kau, kau hebat Takazima!!” seru Nimbus.

          “Terima kasih teman-teman. Dan Nimbus, tolong jangan sebut aku dengan nama belakangku. Panggil aku Shu! Jangan Takazima! Ok?” seruku. “Baik, Mage!” jawab Nimbus sambil hormat padaku. Aku melihat Hyun terdiam. “Hyun, kau kenapa tiba-tiba diam?” tanyaku. “Ti-tidak. Aku hanya malu. Aku malu karena ada yang duluan menjadi mage. Padahal tujuanku adalah untuk menjadi mage duluan daripada kau,” jawab Hyun lesu.

          “Sudahlah Hyun.. Kau suatu saat juga pasti bisa menjadi mage. Kau hanya perlu berlatih. Aku juga akan mendukungmu terus! Semangat ya, Hyun!” semangatiku dari atas tempat tidur. “Iya! Aku pasti akan jadi wizard duluan daripada kau! Lihat saja!” jawab Hyun semangat. “Ya! Aku pegang kata-katamu! Mari kita berjuang!” seruku. “Ayo semua! Kita berjuang untuk jadi yag terbaik!” semangatiku. “Baik!!” seru semua temanku.

          “Hei, teman-teman, baiknya untuk selanjutnya kita melakukan apa ya? Musuh kita kan sudah binasa, jadi apa tujuan kita selanjutnya?” tanya Nii. “Bagaimana, jika kita semua sudah jadi wizard, kita mengarungi lautan saja! Mau tidak?” usul Steven. “Mengarungi lautan? Untuk apa?” tanya Cal.

          “Ya untuk mencari petualangan! Mau tidak? Sekalian mensurvey daerah planet-planet ini! Agar, jikalau suati saat kita kembali ke Bumi, kita bisa kembali ke planet ini dan bersenang-senang lagi!” jawab Steven. “Ya! Aku setuju dengan Steven!” jawab Gilbert.

          “Aku juga!” jawabku. “Aku juga!!” jawab Nii dan Cal. “Aku juga ikut!!” jawab Toritzu. “Kalau Shu ikut, aku juga harus ikut!” jawab Hyun. “Hmph, aku juga ikut!” jawab Nimbus dan Quasi. Kami semua pun setuju dengan usul Steven.

          “Semuanya, sudah malam nih. Kalian balik  saja ke hotel, biar aku saja disini sendiri. Tak apa kok. Daripada kalian sakit” kataku. “Tidak! Aku tidak mau! Kita semua kan teman! Sesama teman kita harus senasib sepenanggungan dan setiakawan! Iya tidak teman-teman?” jawab Hyun.

          “Benar tuh kata Hyun. Aku juga tidak mau pergi!” jawab Nii dan Toritzu. “Kami juga tidak mau pergi” jawab GilSteveCal. “Aku juga. Walaupun aku berbeda wujud dengan kalian, tapi kita kan teman” jawab Nimbus. Akhirnya mereka memutuskan untuk menginap bersamaku di rumah sakit ini.
BERSAMBUNG!

Bio

Foto saya
Hanya seorang pelajar yang sangat terobsesi akan internet dan menulis. Terlahir di Bandung, 7 Desember 2001. Punya 2 serial cerpen di blog ini. Membuat blog awalnya hanya perintah guru, tapi ia sekarang terobsesi dengan blogger. Ia adalah salah satu dari Conaners sejati.