Chapter 21: Level Up!!
Pagi
harinya, Cal, Steven, Gilbert, Hyun, Nii, Toritzu, dan Quasi bersiap-siap untuk
sekolah ke Magi.co. Aku terpaksa
tidak bersekolah lagi karena kesehatanku belum pulih. “Shu! Kami pergi dulu
ya!” seru Gilbert. “Ya! Hati-hati ya!” jawabku. Mereka pun pergi kecuali Hyun.
“Hyun, kenapa kau tidak pergi?”
tanyaku. “Shu, cepat sembuh ya.. Aku tersiksa melihatmu seperti ini.” Jawab
Hyun. “Hmph, tenang saja Hyun! aku pasti bisa cepat sembuh! Sudah sana susul
teman-temanmu!” suruhku. “Baik!” jawab Hyun.
“Oh ya, Shu! Kau memang hebat! Kau
tetap bisa semangat walau terluka. Aku salut padamu!” sambung Hyun. “Terima
kasih Hyun, kau memang yang terbaik. Sudah pergi sana, nanti terlambat lho”
jawabku. “Oke! Daaah!” jawab Hyun sambil berlari meninggalkan aku dan Nimbus.
Huh,
Hyun memang perempuan yang tangguh. Wajar saja aku menyukainya. Aku salut
padanya. Hyun, cepatlah menjadi wizard ya! gumamku dalam hati. “Hei Shu,
kau beruntung ya” kata Nimbus. “Beruntung? Maksudmu?” tanyaku bingung. “Iya,
kau beruntung mempunyai seorang perempuan yang baik dan tangguh” jawab Nimbus.
“Haha kau ini.. Sudah ya aku mau istirahat dulu” jawabku. Aku pun tertidur
diatas ranjangku.
Setelah beberapa jam, aku terbangun.
Aku melihat handphone ku berbunyi.
Ternyata ada satu SMS dari Hyun. SMS dari Hyun? Dia kenapa? gumamku dalam
hati sambil membuka SMS tersebut.
“Apa?! Mereka lulus?! Hooray!!” seruku
senang. “Huh, mereka memang anak-anak yang tangguh ya!” jawab Nimbus. “Haha iya
kau benar” jawabku. Hyun, kau hebat.
Cepatlah menjadi wizard dan hadapi aku! Kita akan tes kemampuan siapa yang
lebih hebat! gumamku dalam hati.
Sore harinya, mereka bertujuh pulang.
“Shu!! Kau sudah tau kan kami sudah jadi mage?”
tanya Quasi. “Sudah dong. Aku mengetahuinya dari Hyun” jawabku. “Shu, bagaimana
kalau kau sudah pulih, kita mengadakan pertandingan untuk membuktikan kekuatan
siapa yang terkuat! Mau tidak?” tanya Hyun. “Aku tadi baru memikirkannya. Ide
bagus!” jawabku. Kami semua pun tersenyum arti setuju.
Malam harinya, kami bersembilan tetap
berada di rumah sakit. Mereka tidak mau pulang hanya untukku. Saat itu aku
terharu. “Shu, kau kenapa menangis?” tanya Hyun. “Tidak. Aku tidak menangis.
Aku hanya terharu melihat kesetiaan kalian menungguku sembuh sampai-sampai
kalian menginap disini,” jawabku sambil mengelap air mataku.
“Shu! Sudah berapa kali kubilang? Kami
kan sahabatmu! Kami tidak mau kau ditinggal disini sendirian!” seru Gilbert.
“Betul tuh, kata Gilbert. Kami tidak peduli sampai kapan, asalkan kau cepat
sembuh, kami sabar menunggu!” jawab Toritzu. “Aku juga! Aku tidak rela
meninggalkanmu sendirian Shu!” jawab Hyun.
“Ta-tapi tidak merepotkan nih?”
tanyaku. “Repot? Repot apanya? Kami malah senang bisa menunggu seorang pahlawan
untuk sembuh dari sakit yang luar biasa karena bisa menyelamatkan kami!!” jawab
Quasi. “Ya! kami berhutang budi padamu Shu!” jawab Cal. “Teman-teman, terima
kasih,” jawabku sambil terharu. “Douitashimasite.
Ini sebagai tanda penghormatan untukmu,” jawab Nii. Malam itu, aku benar-benar
merasakan kesetiaan teman-temanku.
Keesokan harinya, aku harus menemui
dokter penyakit dalam. Karena saat aku terkena Dark Mirror Hole, ada sedikit bagian dari jurus itu yang masuk
kedalam kulitku dan membuat luka dalam. Walaupun tidak terlalu parah, tetap
saja sakit. Akibatnya, perutku harus diperban.
“Selamat pagi dunia!! Ohayou, pahlawan!” seru Hyun. “Ohayou, mo,” jawabku. Ohayou
adalah sebutan selamat pagi dalam bahasa Jepang. Lagi-lagi kulihat Nii sudah
bangun duluan. Kebiasaan Nii tapi kali ini berbeda. Jika biasanya ia
membangunkan yang lain, kali ini tidak.
“Nii, tumben kau tidak membangunkan
orang lain. Itu kan kebiasaanmu,” seruku. “Aku tidak ingin melakukannya kali
ini. Kau kan harus istirahat, jadi aku tidak akan membangunkan orang lain lagi
sampai kau keluar dari rumah sakit ini,” jelas Nii. “Dasar kau ini. Futoku,
Futoku. Haha,” jawabku.
“Futoku?” tanya Quasi. “Iya. Futoku
adalah nama belakangku,” jelas Nii. “Ooh. Hahaha,” jawab Gilbert. “Kalau nama
belakangku Takazima,” jelasku. “Aku Sakurasu,” kata Hyun. “Kalau aku Edokiya,”
sambung Toritzu. “Kalau aku tidak punya nama belakang. Karena nama panjangku
Thomas Gilbert,” jawab Gilbert.
“Kalau nama belakangku Frunktern,”
jawab Quasi. “Kalau aku Michael,” jawab Steven. “Kalau aku William. Cal
William,” jawab Cal. “Paling hebat aku! Aku sama sekali tidak punya nama
belakang dan nama depan. Hahaha!” jawab
Nimbus. Kami semua pun tertawa karena ucapan Nimbus.
Lalu, mereka mandi satu persatu.
Mereka bersiap-siap untuk pergi ke Magi.co
lagi untuk belajar sihir. Aku sangat ingin belajar disana juga. Tapi, kata
dokter aku belum boleh pulang. Katanya kurang lebih 2 hari lagi aku sudah bisa
pulang.
“Kami pergi dulu ya!” seru Gilbert.
“Oke, Thomas! Hati-hati dijalan!” jawabku. “Shu, cepat sembuh ya,” kata Hyun.
Aku pun tersenyum sebentar. “Tenang saja, Hyun! Aku pasti bisa cepat sembuh dan
bersekolah lagi di Magi.co!” jawabku.
Hyun pun mengacungkan jempolnya lalu pergi.
Setelah itu, Dokter Huyami pun datang
untuk mengecek kesehatanku. “Selamat siang, pahlawan…!” sapa Dokter Huyami.
“Siang dok,” jawabku. “Bagaimana kesehatanmu? Sudah mulai membaik?” tanya
Dokter Huyami sambil menstetoskopku. “Sudah lumayan dok.. Menurut dokter
bagaimana?” tanyaku. Tiba-tiba Dokter Huyami terdiam.
BERSAMBUNG!