Chapter 19: You’re a
hero!! Shu!
Saat
aku sadar, aku sudah berada di rumah sakit. Disebelahku, teman-teman sedang
menungguku. “Sshssh, ouch, i-ini dimana?” tanyaku sambil meringis. “Shu!! Kau
sudah sadar! Ooh, terima kasih banyak Shu!! Kau menyelamatkan kami semua!!”
jawab Hyun.
“Ya Shu! Terima kasih! Kau pahlawan
bagi kami!” seru Quasi. “Ya! kau benar-benar hebat Shu!! Kau keren sekali bisa
mengalahkan Demonman itu!! Kau
tangguh! Dan kau berani!! Kau hebat!!” seru Nii dan Toritzu. “Kau pahlawan
Shu!” seru Nimbus. “Tak apa. Kan aku memang berjiwa heroik. Hahaha,” jawabku
sambil tertawa. Kami semua tertawa didalam kamarku di rumah sakit.
Beberapa jam kemudian, aku ingin
berjalan-jalan keliling rumah sakit. “He-hei, apa aku boleh berjalan-jalan? Aku
ingin mengelilingi rumah sakit ini,” tanyaku. “Boleh saja. Aku temani mau?”
tanya Hyun. “Ekhem, aduuh suaraku serak sekali. Hahaha,” sela Toritzu. “Hei
Toritzu, kau ini apa-apaan sih? Kau iri ya padaku??” tanyaku. “Ti-tidak siapa
yang iri?” jawab Toritzu. “Halah, kau bohong, buktinya mukamu memerah. Hahaha,”
sahut Nii. Kami semua pun tertawa.
Akhirnya aku mengelilingi rumah sakit
tersebut bersama Hyun. Tiba-tiba dijalan ia memukulku. “Hei, Hyun! Kau kenapa
memukulku!” tanyaku. “Itu untuk meninggalkanku di istana lantai tiga! Dan ini,
karena kau menyelamatkanku,” jawab Hyun. Ia pun langsung memelukku. Aku sangat
malu tapi ya sudahlah, mau bagaimana lagi, ia yang mau. Hahaha.
Saat kami berjalan-jalan, aku merasa
ada yang mengikuti. Aku pun menoleh kebelakang. “Ada apa, Shu?” tanya Hyun.
“Tidak. Aku hanya merasa ada yang mengikuti kita,” jawabku. “Sudahlah biarkan
saja, mungkin itu hanya perasaanmu saja,” jawab Hyun. Aku pun mengangguk dan
kami melanjutkan berjalan-jalannya.
Perasaanku tetap sama. Aku merasa ada
yang mengikuti kami. Aku pun menoleh lagi kebelakang. Dan, aku melihat
seseorang yang bersembunyi dibelakang tong sampah! “Shu! Ada apa lagi sih?”
tanya Hyun. “Aku merasa ada yang mengi…,” belum selesai aku bicara, mulutku
sudah ditutup tangan Hyun.
“Itu mungkin hanya perasaanmu saja”
jawab Hyun. Aku pun membuka mulutku. “Tidak! Ini benar! Tadi aku melihat ada
orang bersembunyi di belakang tong sampah itu!” jawabku. Kami berdua pun pergi
menuju tong sampah tersebut.
Ternyata, kami berdua melihat Nii dan
Toritzu! “Ooh, jadi kalian ya yang mengikuti kami?” tanyaku. “Hehehe, tak apa
kan?” tanya Nii. “Kalau kalian mau ikut, bilang dong! Jangan memata-matai
kami!” seru Hyun. “Iya Shu, Hyun, kami minta maaf deh. Maaf ya,” kata Toritzu.
“Tak apa kok!” jawabku.
“Oh iya, tadi kami melihat lho, saat
Hyun memelukmu. Kami memfotonya lho! Ini fotonya!” seru Nii sambil menunjukan
fotonya di kamera handphonenya. “Aah,
Nii cepat hapus foto itu!!! Cepat hapus!!!” perintahku sambil malu. “Oh tidak
bisa!! Kami nanti ingin menunjukannya kepada teman-teman nanti” jawab Toritzu.
“Heiii kalian!! Jangan membuatku
maraah! Cepat hapus foto itu!!” perintahku. “Oh tidak bisa! Kami cabut dulu ya!
Daah!!” seru Nii sambil berlari bersama Toritzu. Aah, coba kalau aku bisa berlari, aku sudah rebut handphone itu dan
menghapus fotonya. Ah sial sekali!! gumamku dalam hati. Aku melihat Hyun
hanya senyum-senyum sendiri.
“Hyun, kau tidak malu?’ tanyaku.
“Tidak. Tidak sama sekali. Untuk apa aku malu karena hanya memeluk orang yang
kusuka?” jawab Hyun dengan muka memerah. Maksudnya?
Orang yang ia suka? Ber-berarti…! A-aku orangnya!! pikirku dalam hati.
“A-apa?! Mak-maksudmu? Orang yang kau
suka maksudmu itu aku?!” tanyaku kaget. “Iya! Kenapa kau kaget begitu?” jawab
Hyun dengan muka merah. Mukaku langsung merah karena malu. Hah, ini hari paling nyesek dan paling bahagia sedunia untukku.
Nyeseknya saat aku melawan Demonman, bahagianya saat Hyun bilang ia menyukaiku.
Senangnya… gumamku dalam hati.
“Hei, kenapa kau diam?” tanya Hyun.
“Ooh! Ma-maaf. Ya jelas aku kagetlah! Mana ada laki-laki yang tidak kaget saat
perempuan yang ia sukai bilang bahwa perempuan itu menyukainya?” jawabku
keceplosan. “Mak-maksudmu?” tanya Hyun dengan muka merah. “Eeh, ti-tidak. Tidak
kok tidak ada apa-apa,” jawabku dengan muka merah.
“Maksudmu? Kau menyukaiku begitu?”
tanya Hyun dengan muka merah. “Kalau iya, kenapa? Dan kalau tidak, juga
kenapa?” tanyaku. “Aah serius! Kau menyukaiku, iya, kan?” tanya Hyun. “I-iya,
memang kenapa? Tidak boleh?” tanyaku dengan muka merah membara. “Eeh, tidak.
Tidak ada apa-apa. Aku hanya senang orang yang aku sukai menyukaiku,” jawab
Hyun. Kami berdua pun hanya saling tersenyum.
Setelah 45 menit kami mengelilingi
rumah sakit, kami memutuskan untuk kembali ke ruang rawatku. “Tadaimaa...” salamku saat membuka pintu.
“Lho? Kok tidak ada orang?” tanya Hyun. “Tadaa!!” seru Nii dan Toritzu. “Hei!
Kalian mengagetkanku saja! Rasanya jantungku mau copot!” jawabku.
“Selamat ya!!” seru Nimbus. “Selamat?
Untuk apa?” tanyaku kebingungan. “Iya. Selamat! Kami semua sudah tahu
rahasia kalian berdua!” jawab Cal. “Ra-rahasia?” jawabku sambil melihat
ke arah Nii dan Toritzu. “Huuh, Nii!! Toritzu!! Kalian ini!!” seruku. “Hehe.
Maaf Shu, maaf. Tapi kan kita teman, jadi tak apa dong saling bertukar rahasia?
Iya tidak teman-teman?” seru Nii. “Betul!!” jawab mereka semua. Hahaha, hari
ini benar-benar menyenangkan dan menyesekkan bagiku.
BERSAMBUNG!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar