Chapter 28: Unknown Planet!!
Kami
pun sempat tidak sadarkan diri karena reaksi dari lubang hitam tersebut. Saat
kami sadar, kami berada disebuah planet mengerikan. Planet itu gelap sekali dan
mengerikan. Selalu ada guntur dan petir menyambar. Dan, suasananya tidak enak.
Rasanya seperti memasuki planet kegelapan.
“Kyaaa!!” teriak Hyun saat petir
menyambar. “Shu, aku takuut!!” seru Hyun. “Tenang Hyun.. Tenang saja tidak ada
apa-apa kok,” jawabku. Lalu, aku merasa aneh. Saat aku belum memasuki lubang
itu, kakiku masih merasakan sakit. Tapi sekarang tidak. Dan, tongkatku
menghilang. Jadinya aku sudah bisa berlari dan menaiki tangga lagi.
“Hei, teman-teman! Lihat itu!!” seru
Nii sambil menunjuk sebuah istana. “Wah, istananya besar sekali. Dan,
menyeramkaan,” jawab Quasi. “Teman-teman, pasti mereka disekap dan disandra
disana!! Ayo kita masuki istana itu!!” jawabku. “Ayo!” jawab mereka semua. Kami
pun berlari menuju gerbang istana tersebut.
Gerbang istana itu besar sekali. Kami
mencoba mendorongnya, tapi berat sekali. Maka dari itu kami menggunakan sihir
untuk membukanya. “Fireball!!” “Shadow ball!!” “Light pulse!!” “Snowball!!”
“Hyper beam!!” “Thunderball!!” “Hydro pump!!” “Earth
Rage!!” seru kami semua sambil mengeluarkan
jurus masing-masing.
DUAR DUAR DUAR DUAR!! Gerbang itu
akhirnya terbuka. “Ayo masuk!!” seruku. “Shu, aku takut,” jawab Hyun. “Hyun!
Saat ini bukan saatnya untuk takut!! Beranilah!! Bukankah kau perempuan yang
berani?! Hyun yang kukenal pemberani! Tidak penakut!” semangatiku. Hyun pun
tersenyum kecil. “Baik!!” jawabnya. Kami pun memasuki gerbang tersebut.
Setelah kami memasuki gerbang, kami
berlari menuju pintu depan. Kami berlari dan terus berlari. Akhirnya kami
kecapekan. “Hosh, hei, bukankah harusnya kita sudah sampai di pintu itu?” tanya
Nii. “I-iya, harusnya kita sudah sampai..” jawab Gilbert.
“Teman-teman! Tunggu! Sepertinya ini
ilusi!!” seru Quasi. “Oh! Iya! Yang dikatakan Quasi benar! Sepertinya ini
ilusi!!” jawab Hyun. “Ayo, semuanya, kita pakai teknik itu!” seruku. “Baik!”
seru kami semua. “Lepaskan!” seru kami semua sambil menyentuh dahi kami dengan
dua jari. Ternyata benar, itu ilusi.
Tapi, kami masih didepan gerbang. Kami
melihat Kyuto dan Napolo. “Kyuto! Napolo! Apa kalian baik-baik saja?” tanyaku.
“Aah berisik! Fireball!” seru Kyuto
sambil mengeluarkan jurusnya. Aku pun menghindari jurus tersebut. “Kyuto!
Sadarlah!! Kami ini teman, bukan musuh!!” seruku.
“Shu! Tunggu sebentar! Lihat! Di dahi
mereka ada simbol kegelapan! Mereka dikendalikan!!” seru Steven. “Wah, kau
benar Steven! Me-mereka dikendalikan!!” jawab Nii. “Lalu bagaimana kita
melepaskan kutukan itu?” tanya Hyun. “Kita harus melawannya!” jawab Steven.
“Kau ini gila?! Mereka bisa
terbunuh!!” seruku. “Tidak, jika kau menyerang dahi mereka, mereka bisa
terlepas dari kutukan itu” seru Steven. “Ya, kami mengerti. Serahkan semuanya
pada kami.. Kami akan melawannya. Sekarang cepat pergi!!” jawab Toritzu. “Ya,
aku tidak bisa membiarkan Napolo melukai orang lain.. Aku harus melepas
kutukannya!” sambung Quasi.
“Baik! Berhati-hatilah! Kami pergi
dulu!” seruku sambil berlari menuju pintu depan. “Tidak akan kubiarkan! Fireball!” seru Napolo sambil
mengeluarkan jurusnya. “Ice beam!! Hei,
lawan kalian adalah kami!! Bukan mereka!!” seru Quasi. Kami berenam pun
memasuki istana itu lewat pintu depan.
Saat kami masuk, ruangannya gelap
sekali. Hyun sampai menjerit. “Kyaaaa!!!” jerit Hyun. “Hyun!! Jangan menjerit!
Bisa-bisa musuh tau keberadaan kita!!” seruku. “Kami sudah tau kok!” seru Hyugi.
“Yah, aku juga.. Kami bosan menunggu mangsa masuk ke dalam jebakan,” sambung
Nytari.
“Huh! Ternyata kalian! Shu! Hyun!
Gilbert! Cal! Cepat pergi! Biar kami berdua yang tangani mereka!” seru Nii dan
Steven. “Baik! Berhati-hatilah!!” seruku. Kami berempat pun berlari menuju
lantai kedua.
Di lantai kedua, kami bertemu dengan
Marry dan Haruka. “Hmph, ternyata yang berhasil masuk kesini hanya kalian
berempat ya. Membosankan sekali,” kata Marry. “Huh, kau benar Marry, mereka
sangat payah,” seru Haruka. “Apa?! Payah?!” seru Cal. “Shu! Hyun! Cepat pergi!
Kami akan tangani mereka berdua!” seru Gilbert. “Ba-baik! Berhati-hatilah
Gilbert!!” seruku. Aku dan Hyun pun berlari menuju lantai terakhir.
BERSAMBUNG!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar