Time in Jakarta:

Minggu, 13 Juli 2014

UNDERWORLD ADVANTURA


Chapter 28: Unknown Planet!!
        Kami pun sempat tidak sadarkan diri karena reaksi dari lubang hitam tersebut. Saat kami sadar, kami berada disebuah planet mengerikan. Planet itu gelap sekali dan mengerikan. Selalu ada guntur dan petir menyambar. Dan, suasananya tidak enak. Rasanya seperti memasuki planet kegelapan.

          “Kyaaa!!” teriak Hyun saat petir menyambar. “Shu, aku takuut!!” seru Hyun. “Tenang Hyun.. Tenang saja tidak ada apa-apa kok,” jawabku. Lalu, aku merasa aneh. Saat aku belum memasuki lubang itu, kakiku masih merasakan sakit. Tapi sekarang tidak. Dan, tongkatku menghilang. Jadinya aku sudah bisa berlari dan menaiki tangga lagi.

          “Hei, teman-teman! Lihat itu!!” seru Nii sambil menunjuk sebuah istana. “Wah, istananya besar sekali. Dan, menyeramkaan,” jawab Quasi. “Teman-teman, pasti mereka disekap dan disandra disana!! Ayo kita masuki istana itu!!” jawabku. “Ayo!” jawab mereka semua. Kami pun berlari menuju gerbang istana tersebut.

          Gerbang istana itu besar sekali. Kami mencoba mendorongnya, tapi berat sekali. Maka dari itu kami menggunakan sihir untuk membukanya. “Fireball!!” “Shadow ball!!” “Light pulse!!” “Snowball!!” “Hyper beam!!” “Thunderball!!” “Hydro pump!!” Earth Rage!!” seru kami semua sambil mengeluarkan jurus masing-masing.

          DUAR DUAR DUAR DUAR!! Gerbang itu akhirnya terbuka. “Ayo masuk!!” seruku. “Shu, aku takut,” jawab Hyun. “Hyun! Saat ini bukan saatnya untuk takut!! Beranilah!! Bukankah kau perempuan yang berani?! Hyun yang kukenal pemberani! Tidak penakut!” semangatiku. Hyun pun tersenyum kecil. “Baik!!” jawabnya. Kami pun memasuki gerbang tersebut.

          Setelah kami memasuki gerbang, kami berlari menuju pintu depan. Kami berlari dan terus berlari. Akhirnya kami kecapekan. “Hosh, hei, bukankah harusnya kita sudah sampai di pintu itu?” tanya Nii. “I-iya, harusnya kita sudah sampai..” jawab Gilbert.

          “Teman-teman! Tunggu! Sepertinya ini ilusi!!” seru Quasi. “Oh! Iya! Yang dikatakan Quasi benar! Sepertinya ini ilusi!!” jawab Hyun. “Ayo, semuanya, kita pakai teknik itu!” seruku. “Baik!” seru kami semua. “Lepaskan!” seru kami semua sambil menyentuh dahi kami dengan dua jari. Ternyata benar, itu ilusi.

          Tapi, kami masih didepan gerbang. Kami melihat Kyuto dan Napolo. “Kyuto! Napolo! Apa kalian baik-baik saja?” tanyaku. “Aah berisik! Fireball!” seru Kyuto sambil mengeluarkan jurusnya. Aku pun menghindari jurus tersebut. “Kyuto! Sadarlah!! Kami ini teman, bukan musuh!!” seruku.

          “Shu! Tunggu sebentar! Lihat! Di dahi mereka ada simbol kegelapan! Mereka dikendalikan!!” seru Steven. “Wah, kau benar Steven! Me-mereka dikendalikan!!” jawab Nii. “Lalu bagaimana kita melepaskan kutukan itu?” tanya Hyun. “Kita harus melawannya!” jawab Steven.

          “Kau ini gila?! Mereka bisa terbunuh!!” seruku. “Tidak, jika kau menyerang dahi mereka, mereka bisa terlepas dari kutukan itu” seru Steven. “Ya, kami mengerti. Serahkan semuanya pada kami.. Kami akan melawannya. Sekarang cepat pergi!!” jawab Toritzu. “Ya, aku tidak bisa membiarkan Napolo melukai orang lain.. Aku harus melepas kutukannya!” sambung Quasi.

          “Baik! Berhati-hatilah! Kami pergi dulu!” seruku sambil berlari menuju pintu depan. “Tidak akan kubiarkan! Fireball!” seru Napolo sambil mengeluarkan jurusnya. “Ice beam!! Hei, lawan kalian adalah kami!! Bukan mereka!!” seru Quasi. Kami berenam pun memasuki istana itu lewat pintu depan.

          Saat kami masuk, ruangannya gelap sekali. Hyun sampai menjerit. “Kyaaaa!!!” jerit Hyun. “Hyun!! Jangan menjerit! Bisa-bisa musuh tau keberadaan kita!!” seruku. “Kami sudah tau kok!” seru Hyugi. “Yah, aku juga.. Kami bosan menunggu mangsa masuk ke dalam jebakan,” sambung Nytari.

          “Huh! Ternyata kalian! Shu! Hyun! Gilbert! Cal! Cepat pergi! Biar kami berdua yang tangani mereka!” seru Nii dan Steven. “Baik! Berhati-hatilah!!” seruku. Kami berempat pun berlari menuju lantai kedua.

          Di lantai kedua, kami bertemu dengan Marry dan Haruka. “Hmph, ternyata yang berhasil masuk kesini hanya kalian berempat ya. Membosankan sekali,” kata Marry. “Huh, kau benar Marry, mereka sangat payah,” seru Haruka. “Apa?! Payah?!” seru Cal. “Shu! Hyun! Cepat pergi! Kami akan tangani mereka berdua!” seru Gilbert. “Ba-baik! Berhati-hatilah Gilbert!!” seruku. Aku dan Hyun pun berlari menuju lantai terakhir.
BERSAMBUNG!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Bio

Foto saya
Hanya seorang pelajar yang sangat terobsesi akan internet dan menulis. Terlahir di Bandung, 7 Desember 2001. Punya 2 serial cerpen di blog ini. Membuat blog awalnya hanya perintah guru, tapi ia sekarang terobsesi dengan blogger. Ia adalah salah satu dari Conaners sejati.