Chapter 25: Hadiah tak terduga!! Pie War!!
“Mulai?
Mulai apa pak?” tanyaku. “Ini suatu surprise untuk kepulihanmu. Rasakan ini!!
Perang Pie!!!” seru Pak Haur sambil melempar kue pie kearahku. “Iyakh,
lengketnya. Hyaa!” seruku sambil mengelap muka dan melempar pie kearah Kyuto.
Tiba-tiba ada yang melempar Pie itu ke arah Hyun.
“Awas
Hyun!!” seruku sambil membelakangi Hyun. Mukaku kena kue pie itu. “Hei Shu, kau
ini apa-apaan sih. Tidak usah melindungiku. Saat ini kita musuh! Bukan teman!
Rasakan ini!” seru Hyun sambil melempar kue pie kearah kepala belakangku. Iyakh, ini menjijikkan… Tapi seru juga!! Aku
harus bermain!! gumamku dalam hati sambil mengelap rambutku.
“Rasakan
ini!!” seruku sambil melempar pie kepada Quasi. Wah, pokoknya kelas yang
awalnya rapih sekarang jadi berantakaan bangeett. Tembok-tembok penuh dengan
krim pie. Aku sering terkena kue pie dari teman-teman. Pokoknya kelas ini rusuh
banget deh. Rambut dan bajuku penuh dengan krim pie yang lengkeett. Iyakh,
menjijikan tapi menyenangkan!!
Setelah
30 menit, perang usai. “Wah, tadi seru banget, ya!” seruku. “Iya.. Tapi kelas
ini jadinya berantakan deh,” jawab Quasi. “Pak Haur, terima kasih banyak ya
sudah merancang kegiatan ini. Saya senang sekali,” seruku ke Pak Haur. “Iya
sama-sama Shu.. Ini kan untuk merayakan kepulihanmu,” jawab Pak Haur. Aku pun
tersenyum kecil.
“Hyun,
maaf ya tadi aku sudah melemparmu dengan kue pie” kataku pada Hyun meminta
maaf. “Maaf? Untuk apa? Kan sudah kubilang, tadi itu kita musuh bukan teman!
Tapi sekarang kita sudah jadi teman lagi kok,” jawab Hyun.
“Bukannya
kalian teman spesial yaa? Hahaha,” seru Kyuto. “Haha, aku punya teman juga
akhirnya…!” sambung Nii. “Maksudmu?” tanyaku. “Iya, aku punya teman yang
sama-sama bisa menggodamu dan Hyun! Hahahaha,” jawab Nii. Kami semua pun
tertawa termasuk dengan Pak Haur. Aku dan Hyun pun tertawa dengan penuh malu.
Sore
pun menjelang. Semua murid sudah bersiap-siap untuk pulang begitu juga dengan
kami. Aku dibantu berjalan oleh Hyun. Walau aku sudah lumayan lancar memakai
tongkat, tetap saja masih sulit aku untuk berjalan sendiri menggunakan tongkat.
“Hyun,
terima kasih ya,” kataku. “Iya, sama-sama. Kita kan teman. Malah lebih dari
itu.. Hahaha” jawab Hyun sambil tertawa. Aku pun tersenyum kecil. Haah, beruntungnya aku bisa bertemu dengan
Hyun. walau dia anak baru di sekolah Teitan, ia tetap hebat. ia bisa
bersosialisasi. Aku salut padanya…, gumamku dalam hati.
“Hyun,
tolong lepaskan aku,” kataku. “Eeh? Memang kau mau apa?” tanya Hyun kaget. “Aku
mau ke kamar mandi,” jawabku. “Baik. Hati-hati terjatuh, ya,” jawab Hyun.
“Sudah tenang saja Hyun,” jawabku. Aku pun pergi ke kamar mandi dengan
berhati-hati.
Tapi
tidak disangka, lantai kamar mandi itu licin sekali!! Aku terjatuh dan berteriak
minta tolong sambil meringis. “Aakh!!” seruku. “I-itu suara Shu!! Pasti ada
sesuatu dengannya!! Ayo cepat! Kita tolong dia!!” seru Cal. Mereka semua pun
berlari untuk menolongku.
“Shu!!
Kau tidak apa-apa kan?” tanya Hyun cemas. “Ti-tidak Hyun.. Aku tak apa.. Aku
terjatuh karena lantai disini licin sekali,” jawabku. Kulihat tiba-tiba Nii
terpleset. “Wah, benar ya, ternyata licin. Hahaha,” seru Nii. “Nii, kau tak apa
kan?” tanyaku. “Tak apa, Shu. Aku hanya terpleset. Tidak apa-apa kok,” jawab
Nii sambil mencoba berdiri.
“Hei,
Hyun, cepat kau keluar!! Kalau ada laki-laki lain yang masuk kesini, kau bisa
dalam bahaya!! Kau kan perempuan!!” seruku. “Oke!! Aku pergi dulu!” seru Hyun
sambil berlari keluar toilet. Cal dan Gilbert membantuku berdiri. Aku pun keluar
kamar mandi tersebut dibantu dengan Cal dan Gilbert.
Kami
pun sampai di mobil milik ayahnya Quasi. Kami pun kembali ke hotel. Aku pun
langsung berbaring di ranjangku. Saat malam pun tiba, kami bersembilan
berkumpul dan membicarakan tentang tujuan kelompok kami selanjutnya.
BERSAMBUNG!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar